Among the beautiful nature and royal heritage temples in Jombang, some inscriptions are believed to be of royal heritage. One such inscription is the famous one located in the village of Peterongan in the Jombang Regency. The writing dates back to the era of King Mpu Sindok, the first king of East Java, in the Medang kingdom. When King Mpu Sindok wrote the Tengaran inscription in the past, this village was known as the "Guwek" village. Since few people could read and write at the time, they relied on ‘Tengeran’ (in Javanese, a sign is a 'Tengeran'), which eventually became "Tengaran," and finally became the name of the village. Because of its location in the Tengaran village, this inscription is called “Tengaran”.
Tengaran inscription was published for the first time by the king on August 14, 1929/August 14, 935 AD, making it approximately 90 years old at this time. The inscription is 145 cm in height, 80 cm in width, 10 cm in thickness, 15 cm at the bottom, and 10 cm at the top. It is written in an old Javanese script. The Tengaran inscription is made of andesite stone. The Tengaran Inscription, the oldest inscription in East Java, lists those who are not required to pay taxes since the villagers have provided service to the country and its King. The people then helped the king to cross the river by making a boat as he made his way to Mount Pucangan.
Because the Tengaran Inscription is a historical site for the neighborhood village community, it is a worthy tourist attraction to visit.
Di jombang, selain wisata alam dan candi peninggalan kerajaan, juga menyimpan keberadaan prasasti yang konon juga peninggalan kerajaan, salah satu nya yaitu Prasasti tengaran yang terletak di desa tengaran, peterongan, kabupaten jombang. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Medang pada zaman Raja Mpu Sindok yang merupakan raja pertama di Jawa Timur. Dahulu pada saat Raja Mpu Sindok mengeluarkan prasasti Tengaran, desa ini awalnya bernama desa ‘Guwek’. Pada saat itu, masyarakat tidak banyak yang bisa membaca dan menulis sehingga mereka hanya berpatokan dengan tengeran (dalam bahasa jawa berarti tanda) yang akhirnya menjadi “Tengaran”, yang pada akhirnya nama desa diganti menjadi “Tengaran”. Prasasti ini disebut tengaran karena lokasinya berada di desa tengaran.
Prasasti Tengaran pertama kali dikeluarkan raja pada tanggal 14 agustus 1929/ 14 Agustus 935 Masehi, sehingga pada saat ini prasasti telah berumur sekitar 90 tahun. Prasasti ditulis menggunakan aksara Jawa kuno dan memiliki Tinggi 145 cm, lebar 80 cm, tebal 10 cm, tebal bagian bawah 15 cm, dan tebal bagian atas 10 cm. Prasasti tengaran terbuat dari batu andesit. Prasasti Tengaran yang juga merupakan prasasti tertua di jawa timur ini memuat isi tentang masyarakat yang dibebaskan membayar pajak atau upeti karena masyarakat sudah berjasa kepada negara dan Raja nya. Pada saat itu, ketika raja akan pergi ke gunung Pucangan, masyarakat menolongnya untuk menyebrang dengan membuatkan perahu.
Jadi, Prasasti Tengaran merupakan destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi karena tempat ini merupakan tempat bersejarah bagi masyarakat desa sekitar.